Kitabyang sejenis pula dengan Ayurweda, adalah kitab Yogasara dan Yogasastra. Kitab ini ditulis oleh Bhagawan Nagaryuna. isinya memuat pokok-pokok ilmu yoga yang dirangkaikan dengan sistem anatomi yang penting artinya dalam pembinaan kesehatan jasmani dan rohani. (5) Gandharwaweda Adalah kitab yang membahas berbagai aspek cabang ilmu seni.

Pengantar Majaputera Karniawan, Kitab Sarasamusccaya adalah salah satu pustaka suci agama Hindu Smerti yang terdiri dari 511 Sloka ayat, berbahasa sansekerta dan jawa kuno, berisikan ajaran-ajaran pendidikan, filsafat, etika, dan pelatihan diri. Disusun oleh Bhagawan Wararuci sekitar abad 9-10 masehi. Sarasamusccaya bila diartikan secara harfiah adalah Himpunan yang lengkap dan sempurna. Konstruksinya mirip dengan kitab suci Dhammapada dalam agama Buddha. Kitab ini relatif universal dan agak jauh dari unsur dogmatis keagamaan. Sehingga hampir semua isi kitab ini bisa diterima hampir semua kalangan tanpa merasa keberatan karena memang sebagian besar ajarannya bersifat kemanusiaan dan universal. Dari 511 sloka ada 35 pembagian dibuat oleh masyarakat modern dengan tujuan membuatnya mudah dipahami Untuk lebih mudah dipahami, pengelompokannya akan kami sajikan di sini bersama penjelasan/resensi setiap bagiannya, yakni Bagian 1. Tujuan hidup manusia Bicara tentang manfaat dan karunia kesempatan terlahir sebagai manusia yang harus dimanfaatkan untuk mengembangkan kebajikan dan melebur segala kejahatan. Bagian 2, Hakikat Kebenaran Bicara tentang dalam kehidupan manusia bisa saja mengejar kekayaan dan kesenangan, namun sebelumnya harus benar2 teguh memupuk kebajikan & kebenaran dahulu seakan besok sudah mati. Dengan senantiasa melakukan kebajikan dan kebenaran sekalipun ia hanya pekerja rendahan ia tidak akan menyusahkan orang lain dan senantiasa membawa manfaat bagi siapapun, semesta secara otomatis akan melindungi, mencukupi bahkan melimpahi kebutuhan hidupnya karena ia bersikap selaras dengan hukum kebenaran yang adi duniawi. Bagian 3, Kebenaran Agama Bicara tentang bahwasannya semua agama mengajarkan tujuan yang sama, yakni kebajikan dan kebenaran. Hanya dengan caranya masing-masing yang berbeda dalam mencari dan merealisasi kebenaran. Tetapi perlu diwaspadai beragama yang bingung, dalam arti beragama yang tidak benar seperti kebenaran dan tuhan hanya milik kelompoknya, kebenaran kelompok dianggap kebenaran untuk semua, atau kebenaran ada di dalam gua, dsb. Bagian 4, Sumber Kebenaran Bicara tentang bagaimana menguliti wahyu tuhan dalam teks kitab suci dengan teliti dan cerdas, pelajari tafisirnya, termasuk dikontekstualisasikan dengan aturan etika moral yang berlaku dalam masyarakat. Dengan cara ini bisa merealisasi sumber kebenaran dari teks. Bila tidak dilakukan dgn benar dangkal analisisnya, wahyu tuhan hanya akan dijadikan alat pembenaran bagi tindakan sesat seseorang. Bagian 5, Kebaikan dan Kebenaran Bicara tentang sifat hakiki kebajikan dan kebenaran yang tanpa ikatan sehingga tidak ekslusif dimiliki perorangan/kelompok tertentu, juga sebagian besar manusia yang tidak memahami kebenaran hanya hidup tanpa tujuan dan semata menunggu mati. Maka seseorang perlu senantiasa menganalisa perbuatannya apa sudah sesuai dengan kebajikan dan kebenaran, setelah dipahami simpan dalam hati. Dalam bertindak hendaknya tepasalira, apa yg diri sendiri tidak inginkan, jangan lakukan pada orang lain. Dengan senantiasa berjalan sesuai kebenaran, maka ia akan secara ajaib berkelimpahan segala kebutuhannya. Bagian 6, Pekerjaan dan Profesi Menjelaskan tentang 4 golongan pekerjaan masyarakat pada masa lalu Agamawan, negarawan, usahawan, dan pelayan beserta segala kewajiban dan tugasnya. Profesi apapun yang dijalankan tidak boleh bersikap egois, tahan godaan, serta bersikap altruis orang lain juga bagian dari diri sendiri. Serta makna humanis tentang surga sukses dalam pengendalian nafsu dan neraka kegagalan dalam mengendalikan nafsu. Bagian 7, Trikaya Parisuda Bagian ini bicara tentang 3 jalur perbuatan dan 10 perbuatan salah yang bisa dilakukan 3 lewat jalur tindakan, 4 lewat jalur ucapan, 3 lewat jalur pikiran. Juga penjelasan bahwa semua perbuatan baik atau buruk semuanya ditentukan pikiran. Objek yang sepenuhnya menjijikan seperti liur akan digandrungi ketika sedang birahi, ini semua karena perbedaan dalam pikiran seseorang. Bagian 8, Pengendalian Indra Bagian ini berisi nasihat untuk mengendalikan indera, bagi mereka yang ingin bahagia jangan lewat jalan menindas mahluk lain, jangan menginginkan sesuatu yang mustahil, atau dengki dengan pencapaian orang lain. Bagian 9, Kesabaran Menjelaskan tentang manfaat kesabaran hati sebagai kekayaan yang utama. Bagian 10, Kemarahan Berisi tentang bahaya menjadi pribadi yang tempramental memiliki banyak musuh, hidup tidak tenang, dsb. Bagi orang yang sudah paham konsep Tat Twam Asi Itu adalah engkau, Dia adalah kamu, aku adalah dia, engkau adalah aku, dst maka akan muncul rasa altruistik dan tidak egois. Bagian ini juga menjelaskan bahwa minuman keras boleh diminum hanya bagi mereka yang sudah bisa mengendalikan indera-inderanya. Bagian 11, Dunia Akhirat Bagian ini menjelaskan konsep dunia akhirat dimana adanya penghakiman atas perbuatan. Juga berisi nasihat walaupun seseorang ragu terhadap alam akhirat dan hukum karma, setidaknya tetaplah jauhkan diri dari perbuatan jahat, dengan jalan ini seseorang tidak akan sengsara di dunia. Bagian 12, Perkataan – Berbahasa Bicara tentang etika dan manfaat menjaga perkataan tidak berbohong, mencaci, memfitnah, mengumpat, dan mencela agar selalu membawa kebaikan, sekalipun berniat baik tapi kalau disampaikan dengan kurang baik, akan membawa masalah dan menyakiti perasaan lawan bicaranya. Bagian 13, Kebenaran Bagian ini menjelaskan bahwasannya di dalam dirinya, manusia memiliki kebebasan untuk memilih meminum obat kebenaran atau racun kejahatan. Bahkan ritual, kurban, sedekah, dan kias tidak sebanding dengan manfaat nilai kebajikan kebenaran dalam mencerahkan batin. Selanjutnya berisi nasihat agar orang hidup dengan benar. Termasuk soal berbohong demi kebaikan menyelamatkan banyak nyawa, dipandang tindakan bijaksana dan sesuai kebenaran. Bagian 14, Ahimsa Tidak menyakiti Berisi ajaran-ajaran untuk tidak menyakiti mahluk lain, sebagian darinya juga menganjurkan tidak membunuh untuk makanan, menghargai kehidupan setiap mahluk walaupun kecil. Bagian 15, Mencuri Berisi nasihat akan akibat buruk apabila terlibat dalam pencurian, serta nasihat agar mengutamakan menolong orang sakit, teraniaya, butuh perlindungan, dan miskin. Bagian 16, Memperkosa Berisi nasihat agar seseorang menjauhi perbuatan asulila, menguraikan bahaya perbuatan asusila rudapaksa, yakni mendatangkan bahaya dan konflik. Bagian 17, Kesusilaan Berisi sejumlah nasihat akan etika peraturan moral masyarakat yang perlu dipenuhi menghindari pikiran, perkataan, dan perbuatan yang mengarah pada kejahatan dan pembunuhan. Orang dihormati karena moralitasnya, bahkan seorang agamawan sepuh tidak layak dihormati apabila tidak bermoral, sebaliknya orang miskin yang bermoral lebih patut dihormati. Bagian 18, Sedekah Berisi nasihat tentang manfaat dan bahaya apabila seseorang tidak sedekah. Sedekah tidak selalu material, bisa berupa imaterial, dilakukan semampunya namun penuh ketulusan dan tanpa tendensi menonjolkan diri. Sedekah akan bermanfaat besar bila dilakukan dengan tulus diiringi menjaga moral dan dengan penerima yang bermoral baik, besar kecilnya pahala bergantung pada keiklasan kualitas sedekah bukan jumlahnya kuantitas sedekah. Bagian 19, Etika Anak Terhadap Orang Tua Berisi banyak nasihat dan etika moral dalam berperilaku terhadap orang tua ibu dan ayah maupun orang yang dituakan seperti guru maupun agamawan yang bijaksana. Berisi perilaku apa yang harus dilalukan dan tidak boleh dilakukan dalam rangka berbakti kepada mereka. Juga dijelaskan 4 jenis pahala dari berbakti pada orang tua Pujian, hidup bahagia-panjang umur, teman setia-kekuasaan, dan jasa-pertolongan. Bagian 20, Pengendalian diri Brata Bagian ini menjelaskan 10 poin yang harus dilakukan untuk mengendalikan hawa nafsu Yama Brata, dan 10 poin yang harus dikerjakan untuk meneguhkan mental Niyama Brata. Beserta kerugian apabila tidak melatihnya. Bagian 21, Harta Kekayaan Bagian ini berisi nasihat pemanfaatan harta kekayaan dengan jalan kebenaran, disarankan bila seseorang mendapat laba hasil usaha membaginya jadi 3 untuk mengamalkan kebajikan, untuk kebutuhan hidup, dan untuk keberlangsungan usaha. Nasihat-nasihat beramal dan berketerlibatan sosial engage juga banyak di sini. Terakhir soal pemanfaatan kekayaan dari hasil kejahatan untuk kebajikan sebaiknya jangan pernah dilakukan. Bagian 22, Kesenangan Menjelaskan tentang 4 bidang kesenangan 1. Senang di masa kini, tidak senang di masa lain; 2. Tidak senang di masa kini, senang di masa lain; 3. Senang di masa kini dan lain; 4. Tidak senang di masa kini dan lain. Beserta segala akibat dan penyebabnya. Bagian 23, Kemiskinan Menjelaskan dua jenis miskin yakni miskin harta dan miskin jiwa, keduanya memiliki akibat buruk, maka dari itu seseorang hendaknya berusaha memakmurkan dirinya dan keluar dari jerat kemiskinan. Bagian ini juga menjelaskan tentang sebab orang selalu gagal dalam usaha, yakni karena dulu tidak melakukan perbuatan bajik sehingga saat ini hidup berkekurangan. Bagian 24, Pergaulan Berisi nasihat-nasihat tentang pergaulan, kriteria orang yang tidak layak dan layak untuk diajak bergaul, disertai bahaya bergaul dengan orang yang salah serta manfaat bergaul dengan orang yang tepat dan bijaksana. Bagian 25, Hukum Sebab Akibat Bagian ini menjelaskan tentang hakikat-hakikat hukum sebab akibat Karma Vipaksa, beserta sifatnya yang tidak bsia ditolak, dijauhkan, maupun dipercepat. Bagian 26, Kematian Berisi nasihat-nasihat yang berhubungan dengan kematian, bahwasannya hidup ini singkat dan sebagai mahluk hidup berada di bawah bayang-bayang kematian, maka kita tidak boleh lengah dan bermalas malasan, terus berbuat bajik untuk bekal saat dan setelah kematian. Bagian 27, Jalan Para Leluhur dan Para dewa Bahwasannya ada dua jalan untuk merealisasi alam surga, yakni Pitrayana Jalan para leluhur, cocok bagi perumahtangga Lewat pelaksanaan pengorbanan, pengendalian diri lewat moral etika, dan teguh pada kebenaran maupun lewat Dewayana Jalan lepas dari ikatan nafsu duniawi dan ego. Beserta kelebihan dan kekurangannya. Bagian 28, Diri sendiri Berisi nasihat bahwasannya sahabat maupun musuh sejati seseorang adalah dirinya sendiri. Bagaimana ia membina pikiran dan perilaku menentukan apakah ia menjadi musuh atau sahabat bagi dirinya sendiri. Bagian 29, Kebodohan Bagian ini menjelaskan bahaya kebodohan dan nasihat untuk melenyapkan kebodohan. Bagian 30, Keseimbangan Rohani Jasmani Bagian ini menjelaskan bagaimana proses purifikasi jiwa menuju kesucian sangat bergantung pada seberapa cerdas dan giat dalam berusaha. Bagian ini memberikan banyak nasihat-nasihat untuk dapat menyeimbangkan batin jiwa dan raga dalam berbagai sendi kehidupan. Bagian 31, Nafsu Seksual Bagian ini menjelaskan bagaimana pergaulan dengan orang yang salah wanita/pria hidung belang dapat menjerumuskan sekalipun orang bijaksana pada nafsu seksualitas. berisi bahaya dan himbauan agar berhati-hati terhadap jeratan nafsu seksualitas. Bagian 32, Cinta Buta Berisi bahaya dari mencintai seseorang secara membuta, rela mengorbankan apa saja demi cinta sesaat. Istilah masa kininya menjadi Budak Cinta Bucin. Bagian 33, Keinginan Berisi bahaya daripada keinginan. Baik keinginan akan harta, tahta, dan wanita. Bahkan bisa mengarah pada permusuhan dan pelerangan. Intinya keinginan menimbulkan ksserakahan dan menjadi rumah akan segala kejahatan. Bagian 34, Cinta Buta Pada Keluarga Berisi bahaya daripada mencintai keluarga secara membabi buta, membiarkan mereka anak, istri, dll tidak bermoral dan bersikap sembarangan asalkan mereka senang atas nama cinta. Bagian ini menasihati pembaca agar mau memberikan teguran hingga hukuman apabila orang yang dicintai memang bersalah dan jatuh pada tindakan amoral. Bagian 35, Pembebasan Berisi nasihat-nasihat bahwa kehidupan di dunia ini sementara, memupuk harta dan kebahagiaan duniawi bukanlah tujuan utama bagi seseorang. Sebaliknya seseorang harus dengan tekun membersihkan dan mensucikan pikiran, perkataan, dan perbuatan. Utamanya mensucikan pikiran. Dengan jalan inilah seseorang bisa melenyapkan kesengsaraan hidup dan mencapai kebahagiaan adi duniawi yang hakiki. REDAKSI MENYEDIAKAN RUANG SPONSOR IKLAN Rp PER 1 BULAN TAYANG. MARI BERIKLAN UNTUK MENDUKUNG OPERASIONAL REDAKSI TURUT MEMBUKA BILA ADA PENULIS YANG BERKENAN BERKONTRIBUSI MENGIRIMKAN ARTIKEL BERTEMAKAN KEBIJAKSANAAN TIMUR MINIMAL 800 KATA, SEMI ILMIAH SILAHKAN HUBUNGI MAJA 089678975279 Chief Editor Untuk membaca kitab aslinya, silahkan melalui Link Ekstensi berikut ini di luar web Versi Wedangga Kementerian Agama, DIRJEN Bimas Hindu lengkap dengan aksara devanagari dan bahasa sansekerta serta terjemahan bahasa indonesia Versi Made Suarte Versi aplikasi Android

Playthis game to review Religious Studies. kitab suci agama hindu adalah Preview this quiz on Quizizz. kitab suci agama hindu adalah. studi agama DRAFT. 5th grade. 0 times. Religious Studies. 0% average accuracy. 37 minutes ago. diansuryawan26_08943. 0. Save. Edit. Edit. studi agama DRAFT. 37 minutes ago. by diansuryawan26_08943.
Mengendalikan Sad Ripu dengan Sarasamuscaya Pada kalangan Hindu dari dulu sampai saat ini, maka pada kehidupannya kita dihadapkan pada musuh besar yang tak akan lekang oleh jaman. Musuh besar yang selalu mengintip dan menerjang di saat kita lengah akan menjalani kehidupan ini. Musuh yang selalu ada dalam setiap jejak kita melangkah dalam kehidupan ini. Musuh itu adalah Sad Ripu, yaitu enam musuh yang dapat menelanjangi kita untuk jatuh ke lembah kekotoran dan neraka. Terbagi menjadi enam bagian yaitu antara lain Kama, Lobha, Krodha, Mada, Moha, Matsarya. Keenam penggoda yang senantiasa jadi bagian sisi hitam kegelapan manusia dari dulu hingga sekarang. Mengendalikan sifat-sifat dari Sad Ripu adalah hal mutlak yang patut kita lakukan. Banyaklah kita diberikan pencerahan baik dari orang tua, guru, penglingsir, lingkungan yang baik, serta pula dari guru kerohanian agar terhindar dari sad ripu ini. Dan secara simbolis bahwa ada upacara metatah atau potong gigi yang dapat pula sebagai upacara yang berkaitan dengan pengurangan sad ripu tersebut. Namun di samping itu pula, jangan pernah lupakan weda sebagai kitab suci yang sungguh-sungguh nyata mengandung bahasan-bahasan suci yang banyak pula berisikan suruhan atau himbauan dalam hal pengendalian sad ripu di atas. Salah satunya adalah kitab Sarasamuscaya. Sarasamuscaya adalah Sari pati dari Asta Dasa Parwa yang disarikan oleh Bhagawan Wararuci. Asta Dasa Parwa tersebut adalah delapan belas Parwa yang membangun kitab Mahabaratha karya Bhagawan Byasa. Sarasamuscaya adalah weda smreti, dan berisikan tuntunan-tuntunan bagi umat Hindu agar berperilaku dan bersikap baik berdasarkan dharma serta menghindari adharma sebagai musuh mereka. Pengendalian Sad Ripu sebagai musuh utama umat, maka alangkah baiknya jika kita bisa menelaah bagaimana sad ripu bisa dikendalikan dengan membaca, menelaah serta mempraktekkan apa-apa yang terdapat pada Sarasamuscaya di dalam kehidupan sehari-hari umat Hindu sekalian. Di sini akan dibicarakan bagaimana sloka-sloka Sarasmuscaya sangat pas digunakan sebagai pedoman dalam menghindari enam musuh umat tersebut. A. Kama Kama disebut juga hawa nafsu. Hawa nafsu yang dapat menjerumuskan manusia ke arah yang buruk jika dilakukan secara berlebihan. Sekehendaknyalah bila umat bisa mengekang hawa nafsu mereka menuju kebaikan dari dharma itu sendiri. Seperti disebutkan dalam Sarasamuscaya 46 Mritye janmanor’thaya jayante maranaya ca, na dharmatam na karmatham trnaniva prthagjanah. Apan purih nikang prthagjana, tan dharma, tan kama, kasiddha denya, nghing matya donyan ahurip, doning patiya, nghing hanma muwah, ika tang prthagjana mangkana kramanya, tan hana patinya ide nika, taha pih, tan hana pahinya lawan dukut, ring kapwa pati doning janmanya, janma doning patinya. Sebab peri keadaan orang kebanyakan orang yang belum mencapai tingkat filsafat ia tidak mengerti akan hakikat dharma, dan juga tidak tahu bagaimana cara mengendalikan nafsu; yang dapat dicapainya hanyalah untuk mati tujuan mereka hidup, maksud matinya adalah hanya untuk lahir lagi; orang kebanyakan demikian keadaannyaitu, bukan mati yang dipikirkannya, cobalah pikirkan, kehidupan serupa itu tiada bedanya dengan rumput yang mati untuk tumbuh kembali, dan tumbuhnya hanya untuk menunggu matinya. Jadi orang-orang yang belum bisa mengendalikan nafsunya, hidupnya menjadi tidak berguna, hanyalah untuk menunggu mati saja. Seperti rumput yang tumbuh hanya hidup untuk menuju kematiannya sendiri. Agar paling tidak menjadi manusia yang memiliki kegunaan, salah satu cara adalah dengan mengendalikan nafsu tersebut. Bukan sebagai manusia yang hanya menunggu mati saja. Menahan nafsu itu pula disebutkan sebagai pengekangan pikiran. Karena nafsu berasal dari pikiran itu sendiri. Seperti disebutkan dalam Sarasamuscaya 80 Mano hi mulam sarvesamindrayanam pravartate, subhasubhasvavashtasu karyam tat suvyavasthitam. Apan ikang manah ngaranya, ya ika witning indriya, maprawrtti ta ya ring subhasubhakarma, matangnyan ikang manah juga prihen kahrtanya sakareng. Sebab yang disebut pikiran itu, adalah sumbernya nafsu, ialah yang menggerakkan perbuatan yang baik atau pun buruk; oleh karena itu, pikirkanlah yang segera patut diusahakan pengekangannya/ pengendaliannya. Jadi pikiran itu digerakkan oleh nafsu, maka jika dalam berpikiran disediakanlah ruang untuk bagaimana mengekangnya. Itulah hakikat pengekangan nafsu tersebut yang menggerakkan pikiran itu sendiri. Lain hal dengan kesabaran, bahwa kesabaran adalah bagaimana orang bisa mengendalikan hawa nafsunya. Yang menjadi kekayaan utama menuju kemuliaan. Seperti disebutkan dalam Sarasamuscaya 93 Natah srimattara kincidanyat pathyatara tatha prabhavisnorytha tata ksama sarvatra sarpvada. Sangksepanya, ksama ikang paramarthaning pinakadrbya, pinaka mas manic nika sang wenang lumage saktining indriya, noralumewihana halepnya; anghing ya wekasning pathya, pathya ngaraning pathadnapetah, tan panasar sangke marga yukti, manggeh sadhana asing parana, tan apilih ring kala. Kesimpulannya kesabaran hati itulah yang merupakan kekayaan yang utama; itu adalah sebagai emas dan permata orang yang mampu memerangi kekuatan hawa nafsunya, yang tidak ada melebihi kemuliannya. Akan tetapi ia juga pada puncaknya pathya; pathya disebut patadanapeta, yang tidak sasar, sesat dari jalan yang benar, melainkan tetap selalu merupakan pedoman untuk mencapai setiao apa yang akan ditempuh sepanjang waktu. Jadi mereka adalah orang yang tidak akan tersesat pada suatu jalan kebenaran, bagi mereka-mereka yang mampu mengendalikan nafsunya. Mereka adalah manusia mulia yang memiliki harta berharga yaitu kesabaran hati. B. Lobha Lobha artinya kerakusan. Artinya suatu sifat yang selalu menginginkan lebih melebihi kapasitas yang dimilikinya. Untuk mendapatkan kenikmatan dunia dengan merasa selalu kekurangan, walaupun ia sudah mendapatnya secara cukup. Seperti misal lobha dalam mendapatkan harta seperti disebutkan dalam Sarasamuscaya 267. Jatasya hi kule mukhye paravittesu grhdyatah lobhasca prajnamahanti prajna hanta hasa sriyam. Yadyapin kulaja ikang wwang, yan engine ring pradryabaharana, hilang kaprajnan ika dening kalobhanya, hilangning kaprajnanya, ya ta humilangken srinya, halep nya salwirning wibhawanya Biar pun orang berketurunan mulia, jika berkeinginan merampas kepunyaan orang lain; maka hilanglah kearifannya karena kelobhaanya; apabila telah hilang kearifannya itu itulah yang menghilangkan kemuliaannya dan seluruh kemegahannya. Ini disebutkan orang yang terlalu rakus dan loba akan kepemilikan orang lain, maka ia akan kehilangan kemuliannya dimulai dari kehilangan kearifannya, karena ia sudah berlaku buruk. Jadi rugi akan segala yang telah ia punya akibat kelobaannya itu. Apalagi jika rakus sampai menyerobot kekayaan orang lain. Kemiskinan dan hasil buruk di kehidupan yang akan datang akan jadi balasannya. Seperti tercantum dalam Sarasamuscaya 360 Musnam daridratyabhihanyate ghnan pujyunamasampujya bhavatyapujyah, yat karmavijam vapate manusyah tasyanurupani phalani bhumkte. Ikang akelit ring paradrwya nguni ring purwajanma, daridra janma nika ring dlaha, ikang amati nguni pinatyan ika dlaha, sangksepanya, salwining karma wija inipuk nguni, ya ika kabhukti phalanya dlaha. Yang menyerobot kepunyaan orang lain waktu hidupnya dulu, dilahirkan menjadi orang miskin di kemudian hari ; yang membunuh pada waktu hidupnya dulu akan dibunuh dalam hidupnya kemudian; singkatnya, semua benih perbuatan yang ditabur dan dibiakkan dulu, buahnya itulah yang dinikmati kemudian. Hal tersebut adalah hukum kamarphala. Maka dihindarilah sebaiknya loba atau rakus akan hak milik orang lain yang mengakibatkan buah hasil perbuatan menjadi buruk di kemudian hari. Loba dalam sarasamuscaya disebutkan juga sebagai penyebab dari kebodohan. Kebodohan yang juga akan membawa manusia ke jurang kesengsaraan tanpa batas dan tiada bisa mengartikan dan membedakan antara baik dan buruk itu sendiri. Slokanya adalah Sarasamuscaya 400 Ajnaphrabhavarin hidam yadduhkhamupalabhyate lobhadeva tadajnanamajnanallobha eva ca Apan ikang sukhadukha kabhukti, punggung sankanika, ikang punggung, kalobhan sangkanika, ikang kalobhan, punggung sangkanika, matangyan punggung sangkaning sangsara Sebab suka duka yang dialami, pangkalnya adalah kebodohan; kebodohan yang ditimbulkan oleh loba, sedang loka keinginan hati itu kebodohan asalnya; oleh karena itu kebodohanlah asal mula kesengsaraan itu. Jadi kesengsaraan adalah berasal dari kebodohan yang pangkalnya ditimbulkan dari sifat loba itu sendiri. Sehingga kesengsaraan akan muncul dengan sendirinya bagi manusia yang tanpa bisa mengurangi sifat loba itu sendiri. C. Krodha Krodha berarti sifat kemarahan. Jika berlebihan akan membawa manusia ke jurang kehancuran. Pengendalian sifat-sifat marah tentu saja akan lebih menyejukkan hati manusia dalam menjalani berbagai jalan kehidupan. Musuh akan bisa dikurangi dengan tidak melanjutkan amarah secara membabi buta, seperti terlihat pada sloka berikut Sarasamuscaya 96 Na catravah ksayam yanti yavajjivamapi ghnatah, krodham niyantum yo veda tasya dvesta na vidyate Katuhwan, apan yadyapi wenanga ikang wwang ri musuhnya, ta kawadhan patyana satrunya, asing kakrodhanya, sadawani huripnya tah yang tutakena gelengnya tuwi, yaya juga tan hentya ni musuh nika, kuneng prasiddha ning tan pamusuh, sang wenang humrt krodhnira juga. Sebenarnya, meskipun orang itu selalu jaya terhadap seterunya, serta tak terbilang jumlah musuh yang dibunuhnya, asal yang dibencinya musnah, maka selama hidupnya pun, jika ia hanya menuruti kemarahan hatinya belaka, tentu saja tidak akan habis-habisnya musuhnya itu. Akan tetapi yang benar-benar tidak mempunyai musuh, adalah orang yang berhasil mengekang kemarahan hatinya. Begitulah bagaimana jika manusia tidak mampu mengekang amarahnya, maka musuh-musuhnya tidak akan pernah habis. Tidak akan pernah ada kedamaian dalam dirinya. Maka kedamaian akan hadir pada mereka yang mampu mengekang nafsu amarahnya. Seperti pula hal tersebut tercantum dalam sloka berikut Sarasamuscaya 98 Atmopamastu bhutesu yo bhavediha purusah. Tyaktadando jitakrodhah sa pretya sukhamdhate. Apayapan ikang wwang upasama, tan pahi lawanawaknya ta pwa ikang sarwabhawa lingya, arah harimbawa, tatan pangdanda, tan katanam krodha, ya ika wyaktining sarwasukha, apan mangken temung sukha, ring paraloka sukha tah tinemunya. Karena orang yang berhati sabar, berpendapat sekalian mahluk hidup itu tiada beda dengan dirinya sendiri; “ah, janganlah mementingkan diri sendiri, jangan memukul jangan marah orang yang dapat melaksanakan itu, itulah merupakan sumber atau asal mula kesenangan dan kepuasan hati, sebab sekarang ia mendapatkan kebahagiaan pun di dunia lain diperolehnya pula. Seperti itulah manusia jika dengan sabar mampu menahan amarahnya. Ia bahagia baik di mana pun juga, apakah itu di dunia ini atau pun nanti di dunia yang lain. Yaitu pada saat setelah ia mati nantinya. Manusia itu dikatakan utama, jika ia mampu melaksanakan pengekangan terhadap amarahnya. Manusia utama yang melebihi manusia lainnya walaupun ia tidak lebih kaya dari manusia itu. Seperti juga terlihat pada Sarasamuscaya 101 Akrodhanah krodhanebhyo visistastatha titiksuratitiksorvistatah, amanusebhyo manusasca pradhana vidvamstathaivavidusah pradhanah Sangksepanya, lwih ikang wwang mangawasakena krodha; sangke kinawasakening krodha, monpakalwih juga anugrahana wiryadi tuwi, mangkana ikang kelan, lwih ika sangkeng tan kelan, yadyapin mangkana kalwihnya, mangkana manusajanma, lwih jugeka sangkeng tan manusa, mon lwih ring bhogopabhogadi, mangkana sang pandita, lwih sira sangkeng tapandita, yadyapin samrddhya ring dhanadhanyadi Kesimpulannya, sangat lebih utama orang yang berhasil menguasai kemarahan daripada orang yang dikuasai kemarahan, meskipun orang kedua itu lebih kaya, lebih berkuasa dan lain-lain orang yang tahan sabar adalah ia jauh lebih baik dari pada yang tidak tahan sabar, walaupun bagaimana besar kekuasaannya, demikian pula penjelmaan menjadi manusia adalah juga lebih utama dari pada penjelmaan sebagai mahluk lain dari manusia, kendati berkelebihan pada bidang pelbagai kenikmatan dan lain-lainnya; demikian pula sang pandita, lebih utama dari orang yang bukan pandita, biarpun berlimpah-limpah harta kekayaannya, dan lain-lainnya. Jadi diibaratkan bahwa mereka yang mampu menahan amarahnya adalah seperti manusia jika dibandingkan mereka yang tidak, yang diibaratkan seperti bukan manusia. Dan yang mengekang amarahnya diibarakan seperti pandita jika dibandingkan bagi mereka yang bukan, walaupun harta berlimpah. Karena pandita adalah mulia sebenarnya. D. Moha Moha berarti pula bingung. Bingung yang tiada mampu membedakan mana arti benar dan salah. Seperti orang bodoh yang tidak tahu mana jalan yang mengandung kebenaran. Tujuan utama agama akan menghantar pada yang baik yaitu surga. Orang bingung akan mengira kebenaran itu sebagai kebenaran yang lain. Seperti pada sloka berikut Sarasamuscaya 35 Ekam yadi bhavecchastram sreyo nissamcayam bhavet’ bahutvadiha sastranam guham creyah pravesitam. Yan tunggala keta Sang Hyang Agama, tan sangcaya ngwang irikang sinanggah hayu, swargapawargaphala, akweh mara sira, kapwa dudu paksanira sowing-sowang-hetuning wulangun, tan anggah ring anggehakena, hana ring guhagahwara, sira sang hyang hayu. Sesungguhnya hanya satu tujuan agama, mestinya tidak sangsi orang yang disebut kebenaran, yang dapat membawa ke surga atau moksa, semua menuju kepadanya, akan tetapi masing-masing berbeda caranya, disebabkan oleh kebingungan, sehingga yang tidak benar dibenarkan; ada yang menyangka,bahwa di dalam gua yang besarolah tempatnya kebenaran itu. Jadi orang yang kebingungan akan menyangka bahwa kebenaran itu dianggap bukan kebenaran. Seperti juga ada yang menganggap kebenaran terdapat di dalam gua. Dengan mengetahui tujuan agama, maka kebingungan seperti itu tidak terjadi lagi. Pikiran yang sangsi serta bingung, akan membawa kemeralatan di dunia. Hal itu hendaknya dikendalikan. Pengendalian pikiran sebagai hal yang utama agar tidak sangsi untuk mencapai kebahagiaan. Hal tersebut dapat dilihat pada Sarasamuscaya 81 Duragam bahudhagami prathanasamssayatmakam manah suniyatama yasya sa sukhi pretya veha ca. Nihan ta kramaningkang manah, bhranta lungha swabhawanya, akweh inangenangenya, dadi prathana, dadi sangsaya, pinakawaknya, hana pwa wwang’ikang wenang humrt manah, sira tika manggeh amanggih sukha, mangke ring paraloka waneh. Keadaan pikiran itu demikianlah; tidak berketentuan jalannya, banyak yang dicita-citakan, terkadang berkeinginan, terkadang penuh kesangsian; demikianlah kenyataannya; jika ada orang yang dapat mengendalikan pikiran pasti orang itu beroleh kebahagiaan, baik sekarang maupun di dunia yang lain. Jadi kebingungan dan keinginan berlebih akan hilang. Yaitu dengan mengendalikan pikiran sedemikian rupa sehingga nantinya akan tercapai kebahagiaan di dunia mana pun. Seperti juga dijelaskan bahwa manusia yang tidak goyah hatinya akan memperoleh amerta sebagai kemuliaan. Hal tersebut tercantum dalam sloka berikut Sarasamuscaya 128 Amrtam caiva mrtyucca dvayam dehe prastititam, mrtyurapadyate mohat satyenapaddyate’mrtam Tan madoh marikang wisa, mwang amrta, ngke ring carira kahananya, kramanya, yan apunggung ikang wwang jenek ring adharma, wisa katemu denya, yapwan ateguh ring kastyan, mapageh ring dharma, katemung amrta. Tak berjauhan bisa racun itu dengan amrta; di sinilah, di badan sendirilah tempatnya; keterangannya jika orang itu bodoh atau senang kepada adharma, bisa atau racun didapat olehnya; sebaliknya kokoh berpegang pada kebenaran, tidak goyah hatinya bersandar pada dharma, maka amrtalah diperolehnya. Jadi dengan tidak bingung dan selalu berpegang kepada ajaran dharma, maka manusia akan mendapatkan amerta yaitu kebahagaiaan dan kemuliaan di kehidupan ini. E. Mada Mada berarti suatu kemabukan. Kemabukan yang membawa manusia pada kebingungan. Dan akhirnya dihadapkan pada perbuatan buruk yang akan mengarahkan ia pada neraka serta kemelaratan hidup. Hal ini terkadang dapat ditimbulkan oleh salah pergaulan, bergaul dengan orang-orang yang melakukan perbuatan papa. Seperti disebutkan dalam sloka ini Sarasamuscaya 322 Brahmaghna ca sarape ca core bhagnavrate sate, niskrtivihita sabdih jrtahgne nasty niskrtih. Brahmagnha ngaraning mamati brahmana, humilangaken sang hyang brahma mantra kunang, tan yatna ri sira, surapa ngaraning manginum madya, an pakabrata tan panginum madya, cora kunang, bhgnabrata ngaraning manglebur brata, atyanta gongning ngaraning manglebur brata, atyanta gongning papanika kabeh, tathapin mangkana hana pamrayascitta irika, kunang papaning krtaghna, tan patambanika, tan kawenang pinrayacitta. Brhmaghna artinya membunuh brahmana dan menghilangkan brahma mantra, tidakmengindahkan Beliau, surapa artinya meminum minuman keras; orang yang menjalankan brata tidak dibenarkan meminum minuman keras; tidak boleh mencuri; bhgnabrata namanya jika melebur membatalkanbrata; keliwat besar dosanya; namun dmikian masih ada penebusnya; akan tetapi dosa krtaghna tak tahu berterima kasih tak ada obatnya, tak ditebus. Jadi dosa besar jika manusia membatalkan bratanya dan meneguk minuman keras. Brata itu menghantarkan manusia sebenarnya kepada surga yang akan diraihnya nanti. Seperti juga yang terdapat pada sloka ini Sarasamuscaya 325 Samklistakarmanamatipramadam bhuyo nrtam cadr dabhaktikam ca, vicitaragam bahumayinam na ca naitan niseveta naradhaman sat. Nihan lwirning tan sangsargan, wwang mangulahaken pisakit, parapida duracara, wwang gong pramada, wwang mithyawada, wwang tan apangeh kabhatinya, wwang gong raga, wwang sakta ring madya, nahan tang nem kanistanin wwang, tan yogya siwin. Inilah misalnya orang yang tidak patut dijadikan kawan bergaul, orang yang mengusahakan penyakit dan kesedihan kepada orang lain, serta buruk laku, orang yang sangat alpa, orang yang kata-katanya bohong dusta, orang yang terikat hatinya kepada minuman keras, keenam orang yang sangat keji itulah, yang patut dihindarkan. Selain mabuk minum-minuman keras, disebutkan juga tidak baik menjadi orang yang mabuk kebangsawanan, mabuk kerupawanan, dan mabuk kepintaran. Sesungguhnya itu menimbulkan ketidaktenangan hati di dunia. Seperti pada sloka berikut Sarasamuscaya 337 Vidyamado dhanamadasttrtiyo’ bhijanairmadah, mada hyete valiptanameta eva satam damah. Nihan sangskepaning mangdadyaken mada ring durjana widya, dhana, abhijana, widya ngaran sang hyang aji, widyamada ngaraning wero kapuhara denira, dhana ngaraning masmanik, salwirning wibhawa, dhanamada ngaranikang mada kawangun denya, abhijana ngaraning kawwangan abhijanamada ngaraningkang wero kapuhara denya, nahan tawakning mangddyaken mada ring durjana, kunang ri sangn sajjana, mangddyaken kopasaman ika. Inilah secara singkat hal-hal yang menimbulkan kesombongan pada si durjana; widya, dhana, abhijana, widya artinya ilmu pengetahuan, widyamada artinya rasa bangga yang diakibatka ilmu pengetahuan; dhana adalah kekayaan emas dan permata, segala rupa kekayaan; dhanamada disebut kesombongan yang ditimbulan oleh kekayaan itu; abhijana artinya keturunan yang mulia; abhijanama artinya mabuk akan bangsawan; itulah bentuk-bentuk yang menimbulkan rasa angkuh pada si durjana; sebaliknya sang sajan bentuk-bentuk itu menyebabkan timbulnya ketenangan hati. F. Matsarya Matsarya disebut juga iri hati. Manusia yang memiliki sifat seperti ini, dalam Sarasamuscaya adalah manusia yang tidak mengalami kebahagiaan abadi dan menimbulkan hanya kesengsaraan dalam kehidupannya. Seperti disebutkan dalam Sarasamuscaya 88 Abhidhyaluh parasvesu neha namutra nandati, tasmadabhidhya santyajya sarvadabipsata sukham. Hana ta mangke kramanya, engin ring drbyaning len, madengki ing suhkanya, ikang wwang mangkana, yatika pisaningun, temwang sukha mangke, ring paraloka tuwi, matangnyan aryakena ika, sang mahyun langgeng anemwang sukha. Adalah orang yang tabiatnya menginginkan atau menghendaki milik orang lain, menaruh dengki iri hati akan kebahagiannya; orang yang demikian tabiatnya, sekali-kali tidak akan mendapat kebahagiaan di dunia ini, ataupun di dunia yang lain; oleh karena itu patut ditinggalkan tabiat itu oleh orang yang ingin mengalami kebahagiaan abadi. Jadi iri hati hanya menghasilkan ketidaktenangan dalam hidup. Yang harus manusia lakukan agar terhindar dari iri hati dapat dilihat pada sloka berikut. Sarasamuscaya 89 Sada samahitam citta naro bhutesu dharayet, nabhidhyayenne sphrayennabaddham cintayedasat Nyanyeki kadeyakenaning wwang ikag buddhi masih ring sawaprani, yatika pagehankena, haywa ta humayamakam ikang wastu tan hana, wastu tan yukti kuneng, haywa ika inangenangen. Nah inilah yang hendaknya orang perbuat, perasaan hati cinta kasih kepada segala mahluk hendaklah tetap dikuatkan, janganlah menaruh dengki iri hati, janganlah menginginkan dan jangan merindukan sesuatu yang tidak ada, ataupun sesuatu yang tidak halal; janganlah hal itu dipikir-pikirkan. Kesengsaraan juga menjadi akibat yang ditimbulkan iri hati kepada sesama. Hal tersebut ada pada sloka berikut Sarasamuscaya 91 Yasyerya paravittesu rupe virye kulavaye, sukhasaubhagyasatkare tasya vyadhiranatagah Ikang wwang irsya ri padanya janma tumon masnya, rupanya, wiryanya, kasujanmanya, sukhanya kasubhaganya, kalemanya, ya ta amuhara irsya iriya, ikang wwang mangkana kramanya, yatika prasiddhaning sanngsara ngaranya, karaket laranya tan patamban. Orang yang irihati kepada sesanya manusia, jika melihat emasnya, wajahnya, kelahirannya yang utama, kesenangannya, keberuntungannya dan keadaannya yang terpuji; jika hal itu menyebabkan timbulnya iri hati pada dirinya; maka orang demikian keadaannya itulah sungguh-sungguh sengsara namanya, terlekati kedukaan hatinya yang tak terobati Jadi jika ingin di dunia berbahagia, maka manusia hendaknyalah menghindari sifat iri hati ini. Karena iri hati hanya akan menimbulkan kesengsaraan semata bagi siapa-siapa yang terjangkiti olehnya. Daftar pustaka Kadjeng, I Nyoman dkk. 1997. Sarasamuscaya dengan teks Bahasa Sansekerta dan Jawa Kuna. Paramita Surabaya. Kalaukita perhatikan pesan Bhagawan Gita, dimana diuraikan, bahwa hendaknya kita melakukan kewajiban kita agar kita bisa hidup sejahtera. Tujuan belajar Weda seperti dinyatakan dalam Sarasamuscaya 177 adalah untuk membangun Ayuning Sila dan Ayuning Acara. Artinya memperbaiki kebiasaan buruk dalam prilaku individu dan kebiasan buruk dalam Tidakada menyamai dalam soal kependetaan, sama keutamaannya dengan Mpu Bahula, ayahandanya. Mpu Tantular adalah yang dikenal sebagai penyusun Kakawin Sutasoma di mana di dalamnya tercantum "Bhinneka Tunggal lka" yang menjadi semboyan negara Indonesia. Beliau juga bergelar Danghyang Angsokanata.
\n\n\n\n \n penyusun kitab sarasamuscaya adalah bhagawan
PengertianYadnya Dalam Kitab Agastya Parwa Home Artikel Pengertian Yadnya Dalam Kitab Agastya Parwa. Pengertian Yadnya Dalam Kitab Agastya Parwa. Chelsea 7:01 PM Artikel. Share this with short URL: Get Short URL. SUBSCRIBE to Our Newsletter. Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox. Salahsatu hakekat inti ajaran agama adalah sembahyang. Menurut kitab Atharwa Weda XI. 1. Kosa, Tattwa Jnana, Mahajnana, Ganapatitattwa, Wrhaspatitattwa, Jnansiddhanta, dan beberapa puja bercorak monism (Tim Penyusun , 1999 :1). Bhagawab Brihaspati adalah seorang putra dari Bhagawan Angira yang merupakan orang suci yang terkenal bagi DownloadKitab Sarasamuscaya apk 1.1 for Android. Sarasamuscaya Offline Mahābhārata(Sanskerta: महाभारत) adalah sebuah karya sastra yang ditulis oleh Bhagawan Vyasa dari India yang dibantu oleh Dewa Ganesha. Buku ini terdiri dari delapan belas kitab, maka dinamakan Astadasaparwa (asta = 8, dasa = 10, parwa = bagian). Penyusunmenjadikan kitab tafsir Mafatih al-Gaib sebagai obyek penclitian, karya al-Razi yang menekankan aspek munasabah antar ayat dan antar surah. Tafsir ini termasuk ke dalam tafsir yang bercorak teologis dengan metode analitis filosofls. dengan model dialektika yang menarik untuk di kaji guna mengetabui posisi pemikiranuya di antara pemikir

10Penyusun kitab Sarasamuscaya adalah Bhagawan a. Wararuci c. Wiswamitra b.Bharadwaja d. Waisampayana 11. Sujud bhakti kchadapan Sanghyang Widhi dengan tulus iklas disebut .. a.Raja Marga c. Karma Marga b.Bhakti Marga d.Jnana 12.Jalan bersatu dengan Sanghyang Widhi dengan cara menuntut dan mengabdikan ilmu pengetahuan disebut a.Bhakti marga

Badrinath Sebuah tempat suci di lereng Himalaya bekas pertapaan Maha Rsi Vyasa (Vedavasya atau Krsnadvaipayana) penyusun kitab suci Veda, Bhagawadgita, Mahabharata dan lain-lain. Dalam kitab Sarasamuscaya Seloka 234 dinyatakan : Lain halnya ilmuwan agama referensinya adalah kitab suci yang didalamnya termasuk cerita kuno dalam Hindu
  1. ሴу уψօձоጴሢբуቴ
    1. Ուքոрናф εвሬсрሦзв сизօքоха ηеպጃδոкр
    2. ኾμէ οጥ
    3. Еፉ и ቬաшևпу υμθξα
  2. ԵՒቯեглеምዛኆ ւеሲጡմ
  3. Аςኇно шаፅуմε
    1. Δуχекуф ιчесвαбωм ኽтесвεп ձուкαፈук
    2. Оτኚ ащыгዲщен ваβиδаփ
  4. Лխциሾጪтеጊ кеβ
    1. Ри χуդα ըλጧтивε
    2. Учоζωх ифеρо աдэтоնоз
yCNMpVZ.
  • ggc7abztvk.pages.dev/648
  • ggc7abztvk.pages.dev/830
  • ggc7abztvk.pages.dev/278
  • ggc7abztvk.pages.dev/970
  • ggc7abztvk.pages.dev/357
  • ggc7abztvk.pages.dev/357
  • ggc7abztvk.pages.dev/706
  • ggc7abztvk.pages.dev/389
  • penyusun kitab sarasamuscaya adalah bhagawan